Saturday, April 2, 2011

Cerpen

This is a short story of mine. I made this week to the task of the Indonesian lesson. This short story tells about some of my experiences.

Just enjoy.. Hope you like it.. And don't forget to write a comment.. ^^


Kisah Tentang Aku dan Dia






"Brrr...” Mungkin itu kata pertama yang dapat aku katakan saat menyambut pagi hari ini. Dingin AC yang masih menyala serasa menusuk sampai ke tulang-tulang ku. Dengan masih sedikit mengantuk, aku mulai bangun dan membereskan ruang tidurku. Ngomong – ngomong, namaku Nathania, aku murid SMA di salah satu sekolah yang cukup ternama di Jakarta. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Aku mempunyai seorang kakak perempuan bernama Fiona dan seorang adik laki – laki benama Dimas. Aku sangat menyayangi mereka. Hidupku biasa sja. Aku juga belum tahu apa itu arti cinta, dan apa rasanya jatuh cinta. Aku hanya berharap bila suatu saat nanti aku dapat menemukan pangeran yang ku idamkan. Baiklah, kembali ke cerita.

Hari ini hari sabtu, hari ini aku tumben – tumbennya bangun pagi

karena ada suatu hal. Hari ini adalah hari ulang tahun papaku. Walaupun sebenarnya aku bangun pagipun tidak akan terlalu membantu. Maksudku, aku pasti tidak bisa membantu mama ku memasak karena aku memang tidak terlalu pandai memasak. Dan juga bila tentang beres – beres rumah, pasti sudah di lakukan oleh pembantu. Tetapi setidaknya aku bisa membantu dengan dekorasi ruangan.

Setelah selesai mandi, aku pun sarapan dan bersiap – siap karena siang harinya aku harus mengikuti les. Tidak menyenangkan memang, bila di hari libur seperti ini masih harus berkutat dengan pelajaran – pelajaran, ditambah lagi lokasi tempatnya yang jauh dan keadaan lalu lintas yang selalu macet, tapi mau bagaimana lagi.

Sorenya, setelah selesai dengan lesku, aku pun bersiap – siap untuk pesta yang akan segera dimulai. Satu persatu, tamupun mulai berdatangan. Awalnya, kukira tamu yang datang malam ini tidak terlalu banyak, tetapi ternyata malam ini sungguh sangat ramai, akupun mulai kewalahan dengan keramaian tersebut. Aku yang mempunyai hobby photography, malam ini sedang sibuk menjadi fotografer. Tiba - tiba secara tidak sengaja, aku menyorot sosok seseorang yang sudah lama tak ku temui. Awalnya aku ragu, tapi setelah aku mendekat ternyata memang dia. Anak laki – laki berwajah tampan, bertubuh tinggi, dan berkulit putih. Steven, teman masa kecilku. Dia memang lebih tua dariku, tetapi kami berteman baik sejak kecil, hingga suatu saat aku dan dia tidak pernah bertemu lagi. Akupun segera menghampirinya dan mulai mengajaknya bicara.

“Hai.. Steven kan?” Sapaku padanya dengan tersenyum.

“Hmm..? Nia?” Jawabnya langsung yang ternyata mengenaliku.

“Iya.. Apa kabar?” Tanyaku sekedar bebasa – basi denganya.

“Baik kok. Lu sendiri gimana? Tambah tinggi nih sekarang..” Jawabnya yang terkesan menggodaku, karena memang dari dulu dia memang lebih tinggi dariku dan bila aku ingin mengambil sesuatu pasti minta tolong padanya.

“Sama kok. Ahaha iya dong masa makin pendek.” Jawab ku padanya.

“Ngomong – ngomong, kok lu udah lama banget sih nggak main ke rumah? Memangnya kemana aja?” Tanyaku lagi yang terkesan to the point terhadap kebingunganku.

“Gak kemana – mana sih. Cuma sibuk sekolah aja. Kenapa kangen? ahaha” Godanya lagi padaku.

“Yee.. Dasar geer. Ngapain lu di kangenin.” Jawabku padanya. Walaupun sebenarnya hatiku berkata kalau aku memang sangat rindu dengannya. Perbincangan kami pun berlanjut sembari aku melanjutkan tugasku menjadi fotografer. Entah mengapa, saat bersamanya aku merasa sangat nyaman, muncul suatu perasaan hangat di hatiku. Perbincangan kamupun rasanya berangsur – angsur berubah, dari ‘gue - lu’ menjadi ‘aku - kamu’. Sedikit janggal rasanya namun aku sedikit menyukainya.

Tiba – tiba ketika sedang fokus memfoto, tidak sengaja seorang anak kecil berlari menabrakku dan hampir aku jatuh ke kolam berenang. Tapi untung saja ada Steven yang singgap menangkapku. Mataku, dan matanya bertemu. Sungguh indah sekali matanya, tatapan yang lembut dan hangat. Entah mengapa tiba – tiba hati ku berdegup kencang, ingin rasanya aku bertahan dalam keadaan ini lebih lama. DAG! DUG! DAG! DUG! DAG! DUG! DAG! DUG! Rasanya kencang sekali jantungku berdetak, aku berpikir mungkin Stevenpun dapat merasakannya.

‘Ya ampun! Gue kenapa nih? Kok deg – deggan kayak gini? Oh God, apa yang terjadi sama gue?’ Ucapku dalam hati.

“Kamu gak apa – apa?” Tanya Steven kepadaku.

“Enggak apa – apa kok.” Jawabku dengan muka memerah.

“Kak, kakak gak apa – apakan? Maaf kak, aku gak sengaja nabrak kakak.” Kata anak kecil yang tadi menabrakku.

“Vito, hati – hati dong kalo main.” Ucap Steven kepada anak kecil tadi yang tadi menabrakku.

“Iya kak. Maaf, maaf.” Ucap Vito lagi.

“Oh ya, Nia, ini Vito, masih ingetkan sama dia?” tanya Steven padaku.

“Ooo, ini Vito? Aku gak ngenalin lagi, sekarang udah gede sih..” Jawabku sambil mengusap – usap kepala Vito.

“Ya udah deh kak, aku main lagi. Daah..” Kata Vito yang lalu pergi meninggalkan aku dan Steven berduaan. Entah mengapa, setelah kejadian tadi aku dan Steven,terasa sedikit canggung. Aku perhatikan, wajah Stevenpun sedikit memerah.

“A.. Aku ambil minum dulu yah” Kata Steven yang sedikit nervous.

“I.. Ii.. Iya..” Jawabku yang juga dengan sedikit malu – malu. Tiba – tiba ketika aku sedang sendiri, Kak Fiona tiba – tiba datang mengagetkanku.

“Hayoo, kenapa mukanya merah – merah?” kata Kak Fiona yang tiba – tiba muncul dibelakangku.

“E.. Eh kakak, e.. e.. enggak kok..” jawabku yang sedikit gelagapan.

“Hayoo, bohong.. Kakak lihat loh tadi.”

“Aaa.. Kakak.. Tapi.. kenapa yah aku deg-deggan terus kalo lagi sama Steven?”

“Ciee.. Kak Nana lagi jatuh cinta niih..” teriak Dimas yang tiba – tiba ikut – ikutan nimbrung dengan pembicaraan kami. Oh ya, Nana adalah nama panggilanku di keluargaku.

“Dimaaaaaaas!!” Teriakku kesal padanya. Ingin aku mengejarnya. Tetapi berhubung aku sedang tidak mau mengacaukan pesta malam ini, ku urungkan niatku.

“Udah – udah. Kakak masuk ke dalem dulu yah..” Kata kak Fiona yang lalu meninggalkan aku sendiri.

‘Cinta? Apa gue bener - bener lagi jatuh cinta? Masa sih? Sama Steven?’ Ucapku dalam hati. Seketika aku teringat kembali tatapannya ketika dia menangkapku tadi. *BLUSH* Tiba – tiba mukaku memerah lagi.

“Ya ampun, gue kenapa sih ?” kataku pada diriku sendiri.

Malam itu kamipun bertukar nomor handphone. Setelah kejadian malam itupun, sedikit demi sedikit kami menjadi lebih dekat. Kami pun sering ber-smsan . Hubungan lama yang dulu meregang, kini mendekat kembali. Sampai pada suatu hari dia mengirimi sms yang menggajakku untuk ketemuan. ‘Omigosh? Apa ini kencan?’ aku merasa canggung namun senang. Aku menyiapkan penampilanku sebaik mungkin.

Sesampainya aku di tempat yang dijanjikan, aku melihat Steven sudah menugguku. Rasanya senang sekali hari ini bisa jalan berdua dengannya. Ia sungguh terlihat keren dengan baju santai. Kaus merah dan celaja jeans biru. Sungguh simple namun menarik perhatian. Tapi, tunggu! Dia tidak sendirian. Aku melihatnya berdua dengan seorang cewek, yang terlihat lebih tua dariku. Tapi bukan itu yang membuat hatiku sakit, tetapi mereka bergandengan tangan! Ingin rasanya, aku langsung kabur dan pulang ke rumah, tetapi sialnya Steven sudah keburu melihatku dan menyapaku.

“Nia!” Teriak Steven padaku. Mau tidak mau aku harus menghampirnya.

“Hai..” Kataku padanya dengan senyuman yang terkesan ‘sedikit memaksa’. Dan sepertinya diapun menyadarinya.

“Kamu kenapa sakit? Kok lemes gitu?” Tanyanya cemas.

“Aku gak kenapa – kenapa kok.” Jawabku denan senyuman yang lebih natural sekarang.

“Oh ya, kenalin ini ZhiZhi.”

“Hai..” Kata ZhiZhi sambil tersenyum pada ku. Ia melepaskan gandengan tangannya pada Steven dan menjabat tanganku. Akupun membalas jabatan tangannya.

“Ya udah yuk kita jalan aja.” Kata Steven yang mengajak kami untuk mulai berkeliling. Perasaanku, sungguh kacau. Aku masih saja kepikiran dengan kejadian tadi.

‘Apa yah hubungan Steven dan ZhiZhi? Apa mereka pacaran? Kalo mereka pacaran bukan hubungan aku juga toh. Lagian aku bukan siapa – siapanya Steven. Tapi kenapa hatiku rasanya sakit yah?’ Kataku dalam hati.

Seharian kami jalan – jalan, menyenangkan memang apa lagi ada Steven, namun hari ini aku terlihat sangat lesu karena terus kepikiran dengan kejadian tadi. Seharian Steven dan ZhiZhi mencoba mengajakku mengobrol namun aku hanya menjawabnya secara singkat. Sepertinya Steven sadar bahwa aku seperti mengacuhkannya, kalau ZhiZhi, aku tidak terlalu memikirkannya, mungkin saja dia menanggapku gadis pendiam. Sorepun datang dan akhirnya kamipun pulang.

“Nia, aku anterin pulang yah?” Tawar Steven padaku.

“Gak usah, aku pulang sendiri aja.” Jawabku yang memang sedang ingin sendiri dan tidak mau menggangu Steven dan ZhiZhi.

“Ayo bareng aja Nia.” Kata ZhiZhi yang juga mengajakku untuk pulang bareng.
“Tapi..” kataku yang masih berusaha untuk menolak.

“Nia, ayo aku anterin, bahaya pulang sendirian. Kalo kamu kenapa – kenapa gimana? Lagian sebentar lagi mau hujan” Ajak Steven lagi.

‘Dia mencemaskan aku?’ kataku dalam hati.

“Ehmmm.. Ya udah deh..” Jawabku akhirnya mengiyakan permintaan mereka. Pertama kami mengantar ZhiZhi dulu, karena rumahnya lebih dekat. Selama di perjalanan, aku tidak banyak biacara. Yang terdengar hanya sura canda dan tawa Steven dan ZhiZhi. Suasana ini membuatku semakin tidak nyaman. Di hatiku terasa sangat sakit.

‘Kenapa gw ngerasa kayak gini? Apa gue beneran cemburu?’ tanyaku dalam hati. Ya aku memang cemburu. Benar – benar cemburu. Aku juga ingin bisa bercanda dan tertawa berdua dengan Steven. Benar apa yang Dimas katakan. Aku... Aku suka padanya. Suka. Sangat suka. Tapi sepertinya ini hanya harapan kosong. Tidak mungkin aku bisa memiliki Steven lagi.

“Nia.. Nia..” Panggil ZhiZhi membuyarkan lamunanku.

“Hah? Iya?”

“Aku balik dulu yah.. daah..” katanya sambil turun dari mobil. Akhirnya tinggal aku dan Steven berdua di mobil. Semuanya terdiam. Suasana yang tadinya ramai tiba – tiba membisu.

“Nia..” Kata Steven yang tiba – tiba memecahkan kebisuan di antara kami.

“I.. Iya?” Jawabku gelagapan.

“Maaf yah..”

“Hah? Kok tiba – tiba kamu minta maaf sama aku sih?” Tanyaku kebingungan.

“Maaf udah bikin kamu gak nyaman tadi.” Ujarnya.

“Dari tadi kamu diem sama melamun terus karena kamu gak nyaman kan sama aku?” Tebaknya lagi.

“Hah? Enggak kok, aku nyaman sama kakak, banget malah. ” kataku padanya.

“Hmm.. Bener nih? Abisnya dari tadi aku perhatiin kamu acuhin aku mulu dari tadi..” Katanya lagi.

“Bukan kok... Ehm... Kak Steven.. Apa aku boleh ngomong sesuatu?” Tanyaku tiba - tiba pada Steven dengan nada yang serius.

“Ngomong apa?”

“A.. Aku.. Aku sebenarnya.. ” kataku dengan sedkit terputus. DAG! DUG! DAG! DUG! DAG! DUG! Jantungku berdebar kencang.

“A.. Aku suka sama Kakak..” akhirnya, kata – kata itu keluar dari mulutku. Perasaan yang tersimpan di dalam lubuk hatiku. Aku tahu aku tidak bisa memilikinya, tetapi setidaknya aku telah membiarkan dia tau apa perasaanku. Walau pada akhirnya aku akan sakit karena kenyataan. Tapi aku sudah senang bila aku bisa memberi tahunya tentang perasaanku. Steven terlihat agak kaget.

“A.. Aku..” Kata Steven yang sedikit terputus – putus.

“A.. Aku... Maaf aku cuma mengatakan apa yang aku rasain, jangan terlalu di pikirin” Lanjutku lagi. Aku kira setelah mendengar pengakuanku tadi ia akan marah. Tetapi yang terjadi malah..

“ Sial aku keduluan... Padahal aku bermaksud yang mengatakkannya duluan nanti” Katanya yang membuatku sedikit kaget.

“Eee? Ma.. Maksud kakak? Aku kira kakak bakal marah sama aku..” Kataku yang sedikit kaget.

“Aku suka sama kamu Nia. Kakak boleh kan jadi pacar kamu?” Katanya lagi dengan penuh senyum. Suka? Suka? Kak Steven bialang suka sama aku? Waw! Seneng banget rasanya. Tanpa terasa air mataku meleleh.

“Looh? Kok kamu nangis? Aku salah ngomong yah? ” Tanyanya karena bingung melihatku yang tiba - tiba menangis.

“Hehehe.. Enggak aku cuma seneng.” Kataku dengan tersenyum padanya. ” Tapi.. Kalo kakak pacaran sama aku, ZhiZhi gimana? ”

“ZhiZhi? Memangnya apa hubungannya sama ZhiZhi?” tanyanya yang sedikit kebingungan.

“Loh? Bukannya kakak sama ZhiZhi pacaran?”

“ Hah? Pacaran? Aku? Sama ZhiZhi? Ahahaha” Tiba – tiba tawa Steven pecah.

“Loh kok malah ketawa? Aku serius..”

“Ahaha.. Sory, Sory.. Nia, aku sama ZhiZhi itu sepupuan gimana ceritanya aku sama dia bisa pacaran?”

“Hah? Sepupuan? Terus kok Tadi gandengan tangan terus?” Tanyaku lagi.

“Ooo.. itu.. Itu mah gara – gara dia pake heelsnya ketinggian jadi dia minta di pegangin, takut jatoh katanya.. Oo.. Apa jangan - jangan kamu diem mulu dari tadi gara – gara cemburu liat aku sama ZhiZhi gandengan? Ahahaha..” godanya padaku.

“Hmmph... Jangan ketawa.” Kataku dengan wajah memerah.

Sore itu kami menghabiskan waktu berdua di mobil. Di bawah guyuran hujan kami saling bercerita satu sama lain. Bercerita agar tidak ada lagi kesalahpahaman. Akhirnya, pada akhirnya aku menemukan pangeran yang aku harapkan. Merasakan jatuh cinta dan tau apa itu cinta. Aku hanya berharap hubungan ini dapat bertahan selamanya...

Ya.. Selamanya...

Selamanya....
*********************************************************

That's All!!
ahaha... maap yah kalo kepanjangan *kenapa malah mnta maaaf kan emang segini kok*
makasih buat yang udah mau baca jangan lupa comment yah.. ^^

4 comments:

  1. waah... ni yang comment ko jaseynya bneran ato ci valent nih? wkwkw

    ReplyDelete
  2. :D
    wow.. keren :))
    itu ko jasey, ini baru valent. hohoho

    cerita yang sesuai banget dengan remaja yang polin in lop gituuu :P

    lanjutkan yahhh.. bikin cerpen asem manis :D

    ReplyDelete
  3. oo.. ahahaha...
    mkasih jie.. :D
    itu mah cuma iseng2 bikin, buat tugas BI..
    ahaha..
    trus ad pngalaman nyata nya dikit sih.. ahahaha.. :9

    ReplyDelete